Bagi penderita migren, ada beberapa hal yang lebih mengganggu daripada
kesakitan fisik. Sakit kepala migren dapat menyebabkan ritme hidup yang semula
cepat menjadi sangat lambat, dan sering kali, bahkan dapat terhenti sama
sekali. Selain itu, migren juga dapat mengganggu rutinitas sehari-hari dan menunda
rencana penting, menyebabkan banyak penderita merasa frustasi dan tidak dapat
mengendalikan hidup mereka.
Dr. Michael Sellman, Pemimpin Ahli Penyakit Syaraf di Mercy Medical Center
di Baltimore, Maryland, mengatakan bahwa sakit kepala migren adalah hal yang
paling sering dikeluhkan oleh pasien di kantornya. "Sakit kepala migren kebanyakan
dimulai saat beranjak dewasa. Migren dapat bersifat genetis alamiah atau diturunkan
dari ibu atau ayah." Meskipun migren menyerang pria dan wanita, Sellman
mengatakan bahwa wanita cenderung lebih sering mengalami migren. "Wanita
menderita migren tiga kali lebih sering daripada pria.
Diperkirakan, sekitar 15 persen dari seluruh wanita pernah menderita
migren, sementara pria hanya berjumlah sekitar 5 persen," ujar Sellman. "Ada berbagai
penyebab sakit kepala migren. Sekitar 15% migren terjadi sebelum siklus
menstruasi wanita. Makanan tertentu juga dapat memicu migren, seperti coklat,
keju, bawang, jeruk dan tomat. Anggur merah dan bir juga kadang dapat memicu
terjadinya migren. Perubahan drastis dalam tekanan udara (yang terjadi sebelum
hujan badai) dapat memicu migren," ujar Sellman.
Stres adalah gejala sekaligus pemicu datangnya penyakit tersebut. Stres
dapat menyebabkan migren dan tentu saja migren menyebabkan stres yang parah. Sarah Bayle, seorang
editor, sering mengalami migren sejak SMP. Ia menggambarkan serangan migren
sebagai sesuatu yang menyerang seluruh tubuh.
"Migren itu mengerikan, menyerang seluruh tubuh. Saat mengalaminya,
tubuhku gemetar dan aku merasa seperti ditusuk-tusuk jarum sementara kepalaku
seperti dihantam ke tembok beton berulang kali. Bahkan suara yang pelan
terdengar seperti bom yang sedang meledak.” "Para dokter, bahkan di era
pengobatan maju seperti sekarang, masih belum terlalu memahami migren, dan
penanganannya masih terbatas,” ujarnya.
Jennifer Engle, pemilik sebuah perusahaan pemasaran dan komunikasi, juga
merasakan dampak sakit kepala yang menyakitkan tersebut. "Kadang migren membuatku terbangun
tengah malam, seringkali dengan sakit yang berdenyut-denyut di belakang
kepalaku dan bergerak di atas satu mata. Sakitnya sangat menyiksa. Segala jenis
cahaya menjadi menyakitkan, dan sering membuat mual (kadang membuatku muntah).
Aku juga sering kedinginan, Pada dasarnya, dengan semua gejala itu, aku merasa
sangat sengsara dan sangat sulit berkonsentrasi."
Engle setuju bahwa minum obat migren kadang dapat membantu, namun tidak
menjamin kesembuhan. "Aku selalu minum obat (selalu kubawa setiap saat)
pada saat migren menyerang, jika memungkinkan. Biasanya, butuh waktu 45 menit
hingga satu jam untuk merasakan efeknya. Pil tersebut memang meringankan sakit.
Aku sering masuk ke lemari yang gelap atau memakai kacamata hitam jika sedang
bekerja. Kena migren sangat menyebalkan karena penyakit tersebut selalu datang
di saat yang tidak tepat!"
Walau obat untuk sakit kepala migren sudah tersedia, Dr. Sellman
menganjurkan bagi para penderita migren untuk berkonsultasi dengan dokter,
karena migren menyebabkan dampak yang berbeda pada setiap penderita. "Temui
dokter untuk memastikan kelainan sakit kepala ini bukan disebabkan oleh
penyebab yang lain.”
“Pemeriksaan fisik penting dilakukan sebelum diberikan resep dan pengamatan
lanjutan untuk komplikasi juga sama pentingnya. Penanganan yang lebih baru yang
terbukti sukses menanggulangi migren adalah dengan suntik Botox,” ujar Sellman. Perubahan gaya
hidup, kata Sellman, dapat mencegah migren.
“Pasien dianjurkan sering makan dalam porsi kecil untuk menghindari
kelaparan. Stres harus dikurangi sebanyak mungkin. Kurang tidur juga dapat
memperparah sakit kepala. Malah kadang sering kebanyakan tidur juga dapat
menjadi penyebabnya. Oleh karena itu jangan tidur sampai 10 jam saat akhir
pekan, jika Anda memiliki masalah sakit kepala,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment